TIGA DARAH
Menjadi yang terbaik dan bisa bekerja dengan professional adalah
impian setiap manusia. Setiap perpisahan pasti ada sebuah pertemuan yang manis.
Cinta akan selalu menumbuhkan kejujuran dan kepercayaan. Hawa nafsu akan menumbuhkan
kebohongan dan penyesalan yang tiada hentinya.
Keluarga kecil yang hidup ditengah kota metropolitan. Satu ibu dan
tiga orang anak yang sedang mengahadapi kejamnya kehidupan di dunia. Sang
ibunda yang bernama Hastutik dengan tulus membesarkan anaknya yang bernama Reni,
Deni, dan Rendra. Dari kecil mereka menjadi anak yatim, sang ibunda dengan
sabar menghidupi anaknya sampai mereka menginjakkan kakimya di bangku SD. Ketika
Rina anak yang paling kecil berusia 7 tahun, ibunda meninggal dunia karena
sakit paru-paru yang dideritanya. Sebelum ibunda meninggal dunia, beliau
berkata pada ketiga anaknya “ Nak, setelah bunda nanti meninggal kalian harus
tetap menjaga persaudaraan kalian sampai kapanpun. Janganlah kalian bertengkar
hanya karena urusan dunia, Rendra jagalah adik-adikmu.” Pesan singkat yang
telah diucapkan untuk ketiga anaknya ini sangat diterima baik oleh mereka. Kini,
mereka bertiga hidup bersama-sama di rumah yang sempit dekat sungai.
Mereka bertiga bingung bagaimana cara untuk mencari makan dan biaya
sekolah. Tidak lama kemudian ada preman jalan yang menghampiri ketiga anak
tersebut dengan berkata: “ hei, kenapa disini? Kalian cari uang sana, jangan
diam saja karena hari ini dan selanjutnya kalian harus setor uang ke kami.”
Dengan wajah ketakutan mereka bertiga berkata: “untuk apa kami setor uang ke
kalian, bukankah kalian sudah bisa mencari uang sendiri?”. Sang preman pun
marah dan memaksa mereka bertiga untuk segera mencari uang yang banyak.
Akhirnya, mereka bertiga berangkat untuk mencari uang dengan cara mengamen di
jalanan.
Setiap pagi, siang dan sore mereka bertiga mengamen di setiap sudut
jalan. Mereka bertiga meninggalkan pendidikannya karena tidak bisa membayar
biaya sekolah. Syair lagu yang setiap hari diucapkan sangatlah bermakna bagi
hidup mereka bertiga. Sehari mereka mendpatkan uang 30 ribu dari penghasilan
muk engamennya. Mereka tidak bisa menikmati hasil kerja kerasnya karena semua
hasil ngamennya harus disetorkan pada preman-preman jalanan itu.
****
Setelah tiga minggu, mereka bertiga memutuskan untuk kabur dari
preman-preman yang telah menelantarkan mereka. Dari perbincangan ketiga saudara
tersebut, memutuskan untuk pergi ke panti asuhan demi kejelasan hidup mereka.
Ketika sampai disuatu Panti Asuhan Al-Husna, mereka bertiga ragu untuk masuk ke
dalam. Mereka terdiam di depan Panti Asuhan tersebut dan sepuluh menit kemudian
ada ibu-ibu yang keluar dari Panti Asuhan tersebut. Ibu itu bertanya pada
mereka bertiga: “ Ada yang bisa Ibu bantu dek?, ibu kerja di Panti Asuhan Al-Husna
ini, jadi kalian jangan takut”. Rendra menjawab: “ Begini Bu, kami bertiga
ingin tinggal di Panti Asuhan ini karena kami sudah tidak mempunyai orang tua.
Sudah satu bulan kami tidak mengikuti pelajaran di Sekolah.” Setelah mereka
bertiga menceritakan semua kebenarannya, Ibu itu mempersilahkan masuk mereka
bertiga. Dengan sangat bahagia mereka bertiga merasa lega karena sudah tidak
terikat dengan preman-preman.
Akhirnya mereka bertiga diperbolehkan tinggal di Panti Asuhan
Al-Husna dan mereka bisa bersekolah kembali. Perasaan senang memberikan
kedamaian dalam hidup mereka dan mengingatkan mereka pada perjuangan kedua
orang tuanya. Kerinduan akan belaian dan kasih sayang orang tua kembali
menghampiri mereka. Dalam setiap sujudnya mereka selalu berdoa agar kedua orang
tua mereka berada dalam kehidupan yang layak. Rina, Deni, dan Rendra berharap
kelak nanti menjadi orang-orang yang sukses dan selalu kompak bersama
saudara-saudaranya.
Mereka bertiga mempunyai mimpi yang berbeda-beda. Ketika mereka
bertiga berbincang-bincang, tidak sengaja Reni mengungkapkan mimpinya yang
begitu tinggi. Reni mempunyai mimpi ketika dewasa nanti Dia ingin menjadi
pengusaha dan penyanyi. Sedangkan Deni juga mengungkapkan apa yang ada dalam
mimpinya yaitu ingin menjadi Polisi yang bisa bekerja secara professional.
Rendra yang keras kepala itu ingin menjadi orang kaya yang bisa membahagiakan
kedua adiknya. Dengan cara apapun Rendra akan terus berusaha demi keluarganya
yang kurang mampu. Mereka bertiga sama-sama mempunyai keinginan yang kuat.
Mereka bersama-sama semangat untuk belajar dan berusaha demi tercapainya
cita-cita.
Setelah mereka asyik ngobrol, tiba-tiba Rendra dan Deni bertengkar
karena mereka berdua sangat berambisi besar untuk meraih mimpinya. Rendra pun
tidak terima karena Deni mengejek Rendra yang keras kepala dan males. Mereka
berdua berantem di depan Reni adik mereka. Reni mencoba untuk melerainya, tapi
Reni tidak berhasil karena Reni masih terlalu kecil dan pada saat itu Reni
terkena hantaman Rendra. Reni menangis dan berkata: “ Kalian sudah besar,
kenapa kalian berantem. Kita ini saudara, kita harus ingat dengan pesan Orang
Tua kita yang sudah meninggalkan kita”. Kemudian Reni diam sambil meneteskan
air mata kekecewaan.
****
Setelah beberapa saat kemudian, Reni meninggalkan kedua kakaknya
yang sudah mengecewakan Reni. Reni pergi dari Panti Asuhan, pada akhirnya semua
pengurus, Rendra dan Deni khuwatir karena Reni sampai malam belum juga kembali
ke Panti. Mereka bingung mau mencari Reni kemana, kedua saudara Reni
berinisiatif untuk melaporkan ke Kantor Polisi atas menghilangnya Reni.
Mereka berdua menyesal karena sudah membuat Reni kecewa dengan
sikapnya. Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk pergi dari Panti Asuhan
Al-Husna. Mereka pamit pada pengurus Panti dan akhirnya mereka diizinkan untuk
meninggalkan Panti tersebut. Mereka berharap agar segera bertemu dengan Reni.
Mereka sangat menyayangi adik mereka karena orang Tua mereka berharap agar
mereka bisa menjaga adik-adiknya.
Ketika diperjalanan mereka kembali cekcok dan menyalahkan satu sama
lain. Rendra terus-terusan menyalahkan Deni, begitupun sebaliknya Deni juga
menyalahkan Rendra karena sikapnya yang keras dan tidak bisa menahan luapan
emosinya. Akhirnya, mereka berdua berpisah dan tidak bersama-sama lagi mencari
Reni. Rendra melangkahkan kainya dengan sangat emosi karena merasa hidup
saudara-saudaranya sudah berantakan. Deni sangat kecewa terhadap Rendra. Mereka
berjalan dengan berbeda arah, Reni, Deni, dan Rendra berfikir “akankah
mereka akan kembali bersama-sama lagi seperti dulu?”.
****
Kehidupan yang indah akan terukir setelah beberapa waktu yang lalu
mengalami keruntuhan sifat egois yang telah menyiksa. Membutuhkan suatu
perjuangan yang begitu besar agar tercipta suasana yang indah dan harmonis. Tetesan
air mata kekecewaan akan menjadi tetesan air mata kebahagiaan. Yakinlah pada
hal itu karena kebahagiaan akan selalu menjadi rencana Tuhan ketika ada di
suatu kehidupan.
Sepuluh tahun kemudian Reni menginjak usia 19 tahun, Reni telah
menyelesaikan sekolahnya sampai SMA dan selama itu dia tinggal di Panti Asuhan
Dharma. Reni bekerja sebagai penyanyi di salah satu Restaurant yang terkenal di
Jakarta selama satu tahun. Setelah Rani mendapatkan modal, Rani membuka usaha
kafe yang lumayan rame pengunjungnya. Keinginan Rani sebagai pengusaha dan
penyanyi sudah mulai hadir didepan mata. Reni berharap segera bertemu dengan
kedua saudaranya.
Semakin hari kafe Reni rame dengan pengunjung apa lagi kalau hari
sabtu malam. Setiap sabtu malam Reni menyanyi di kafenya, dengan indah Reni
menyanyikan lagu yang indah dan penuh kerinduan. “saat aku tertawa di atas
semua, saat aku menangisi kesedihanku, aku ingin engkau selalu ada, aku ingin
engkau aku kenal, selama aku masih bisa bernafas, masih sanggup berjalan, kukan
selalu memujamu, meski kutak tau lagi, engkau ada dimana, dengarkan aku
kumerindukanmu.” Sebuah lirik lagu yang bisa menenangkan hati karena selalu
ingat pada-Nya.
Tepat pukul 11.45 malam, ada cowok yang mabuk berat hingga tertidur
disalah satu meja kafe. Setelah Reni selesai bernyanyi, Reni menghampiri cowok
tersebut dan mencoba untuk bicara dengannya. Kemudian cowok itu kaget dengan
berkata “ Siapa kamu?”, cowok itu kelihatan ketakutan. Reni menatap mata cowok
itu cukup lama dan merasa ada yang berbeda dari cowok tersebut. Cowok itu
semakin ketakutan karena mengira bahwa Reni adalah intel yang akan memberantas
Bandar narkoba. Akhirnya cowok itu pergi meninggalkan Reni yang terdiam saat
melihat dia.
Tak sengaja Reni melihat kalung yang melingkar dileher cowok itu. Dengan
sadar Reni mengejar cowok tersebut dengan berkata “ Hei, aku Reni, aku ingin
tau siapa namamu. Jangan takut, aku bukan polisi”. Cowok itu terhenti dan
menoleh ke Reni. Cowok tersebut mengatakan dengan jujur bahwa dirinya adalah
Bandar narkoba yang dicari polisi. Reni meneteskan air mata dan mengeluarkan
kalung yang sama dengan kalung cowok tersebut. Cowok tersebut tidak menyangka
bahwasannya cewek yang menghampirinya juga mempunyai kalung yang sama dengan
kalungnya. Akhirnya Reni menyadari bahwa cowok yang ada didepannya adalah kakanya
yang bernama Rendra. Begitupun sebaliknya, Rendra sadar bahwa cewek yang ada
didepannya adalah adik kandungnya sendiri. Mereka saling berpelukan untuk
melepaskan kerinduan yang mendalam.
Kebahagiaan yang disertai tetesan air mata mereka. Mereka tidak
menyangka akhirnya bisa bertemu dan berkumpul kembali. Reni mengajak Rendra
pulang kerumahnya. Setelah mereka sampai di rumah Reni, Rendra menceritakan
semua yang terjadi pada dirinya dan adiknya yang bernama Deni. Rendra menyesali
perbuatannya karena sudah membuat Deni pergi jauh dari dirinya. Rendra juga
mengakui bahwa dirinya sudah mengkonsumsi narkoba semenjak berpisah dengan
saudara-saudaranya. Reni terdiam ketika mendengar semua cerita yang telah
dialami kakaknya.
Esok harinya, ada beberapa polisi yang mengharmpiri rumah Reni
karena salah satu temannya Rendra yang tertangkap menyatakan bahwa Rendra
dibawa seseorang cewek ke rumahnya, dan cewek tersebut adalah pemilik kafe.
Ketika polisi sudah mengepung rumah Reni, Rendra sangat ketakutan dan dia tidak
ingin masuk penjara. Reni berjanji pada kakaknya, bahwa Reni akan melindungi
kakaknya dari polisi. Kini polisi sudah masuk dalam rumah dan melihat Rendra
yang berada disamping Reni. Komandan polisi tersebut kaget setelah melihat Reni
yang melindungi Rendra.
Pada saat itu Reni sudah mengenal komandan Polisi yang sudah pernah
menolongnya dari perampok. Reni berteriak pada komandan agar tidak menangkap
kakaknya itu karena kakaknya sudah sadar dan mau berhenti dari jeratan narkoba.
Komandan polisi itu kaget setelah melihat kalung yang melingkar di leher Rendra
dan Reni. Komandan merasa bahwa mereka adalah saudaranya yang menghilang.
Setelah terdiam sejenak komandan mencoba untuk mengeluarkan kalung yang
melingkar dilehernya dan ternyata kalung itu sama. Rendra dan Reni pun ikut
kaget setelah melihat kalung komandan tersebut. meka menyadari bahwa diantara
mereka adalah satu keluarga yang sudah lama berpisah.
Komandan tidak akan melepaskan penjahat kaarena komandan ingin
bekerja dengan professional. Polisi-polisi itu sudah memenuhi rumah Reni dan
akan menangkap Rendra. Rendra tidak ingin masuk penjara dan akhirnya Rendra
memutuskan untuk lari dari polisi-polisi itu. Setelah Rendra lari, peluru yang
ada ditangan polisi itu akhirnya menembus pada kaki Rendra. Polisi itu
menghampiri Rendra dan minta maaf karena sudah melukainnya. Polisi itu berkata
sambil meneteskan air mata “Kak, maafkan aku karena sudah melukai kakimu. Aku
Deni adikmu, aku punya kalung yang sama sepertimu, kalung ini adalah kalung
yang diberikan ibu ketika kita masih kecil”. Akhirnya Rendra mau menyerah pada
polisi-polisi itu dan bersedia untuk menerima hukuman.
Mereka bertiga bahagia karena sudah bisa berkumpul lagi. Mereka
bertiga berjanji tidak akan mengulangi kejadian-kejadian yang mereka alami.
Hari berganti, mereka pun mulai menghadapi kehidupan yang selanjutnya. Mereka
saling mendukung demi tercapainya keinginan yang selama ini mereka impikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar