Jumat, 18 Januari 2013

Tiga Darah (cerpen)


TIGA DARAH
Menjadi yang terbaik dan bisa bekerja dengan professional adalah impian setiap manusia. Setiap perpisahan pasti ada sebuah pertemuan yang manis. Cinta akan selalu menumbuhkan kejujuran dan kepercayaan. Hawa nafsu akan menumbuhkan kebohongan dan penyesalan yang tiada hentinya.
Keluarga kecil yang hidup ditengah kota metropolitan. Satu ibu dan tiga orang anak yang sedang mengahadapi kejamnya kehidupan di dunia. Sang ibunda yang bernama Hastutik dengan tulus membesarkan anaknya yang bernama Reni, Deni, dan Rendra. Dari kecil mereka menjadi anak yatim, sang ibunda dengan sabar menghidupi anaknya sampai mereka menginjakkan kakimya di bangku SD. Ketika Rina anak yang paling kecil berusia 7 tahun, ibunda meninggal dunia karena sakit paru-paru yang dideritanya. Sebelum ibunda meninggal dunia, beliau berkata pada ketiga anaknya “ Nak, setelah bunda nanti meninggal kalian harus tetap menjaga persaudaraan kalian sampai kapanpun. Janganlah kalian bertengkar hanya karena urusan dunia, Rendra jagalah adik-adikmu.” Pesan singkat yang telah diucapkan untuk ketiga anaknya ini sangat diterima baik oleh mereka. Kini, mereka bertiga hidup bersama-sama di rumah yang sempit dekat sungai.
Mereka bertiga bingung bagaimana cara untuk mencari makan dan biaya sekolah. Tidak lama kemudian ada preman jalan yang menghampiri ketiga anak tersebut dengan berkata: “ hei, kenapa disini? Kalian cari uang sana, jangan diam saja karena hari ini dan selanjutnya kalian harus setor uang ke kami.” Dengan wajah ketakutan mereka bertiga berkata: “untuk apa kami setor uang ke kalian, bukankah kalian sudah bisa mencari uang sendiri?”. Sang preman pun marah dan memaksa mereka bertiga untuk segera mencari uang yang banyak. Akhirnya, mereka bertiga berangkat untuk mencari uang dengan cara mengamen di jalanan.
Setiap pagi, siang dan sore mereka bertiga mengamen di setiap sudut jalan. Mereka bertiga meninggalkan pendidikannya karena tidak bisa membayar biaya sekolah. Syair lagu yang setiap hari diucapkan sangatlah bermakna bagi hidup mereka bertiga. Sehari mereka mendpatkan uang 30 ribu dari penghasilan muk engamennya. Mereka tidak bisa menikmati hasil kerja kerasnya karena semua hasil ngamennya harus disetorkan pada preman-preman jalanan itu.
****
Setelah tiga minggu, mereka bertiga memutuskan untuk kabur dari preman-preman yang telah menelantarkan mereka. Dari perbincangan ketiga saudara tersebut, memutuskan untuk pergi ke panti asuhan demi kejelasan hidup mereka. Ketika sampai disuatu Panti Asuhan Al-Husna, mereka bertiga ragu untuk masuk ke dalam. Mereka terdiam di depan Panti Asuhan tersebut dan sepuluh menit kemudian ada ibu-ibu yang keluar dari Panti Asuhan tersebut. Ibu itu bertanya pada mereka bertiga: “ Ada yang bisa Ibu bantu dek?, ibu kerja di Panti Asuhan Al-Husna ini, jadi kalian jangan takut”. Rendra menjawab: “ Begini Bu, kami bertiga ingin tinggal di Panti Asuhan ini karena kami sudah tidak mempunyai orang tua. Sudah satu bulan kami tidak mengikuti pelajaran di Sekolah.” Setelah mereka bertiga menceritakan semua kebenarannya, Ibu itu mempersilahkan masuk mereka bertiga. Dengan sangat bahagia mereka bertiga merasa lega karena sudah tidak terikat dengan preman-preman.
Akhirnya mereka bertiga diperbolehkan tinggal di Panti Asuhan Al-Husna dan mereka bisa bersekolah kembali. Perasaan senang memberikan kedamaian dalam hidup mereka dan mengingatkan mereka pada perjuangan kedua orang tuanya. Kerinduan akan belaian dan kasih sayang orang tua kembali menghampiri mereka. Dalam setiap sujudnya mereka selalu berdoa agar kedua orang tua mereka berada dalam kehidupan yang layak. Rina, Deni, dan Rendra berharap kelak nanti menjadi orang-orang yang sukses dan selalu kompak bersama saudara-saudaranya.
Mereka bertiga mempunyai mimpi yang berbeda-beda. Ketika mereka bertiga berbincang-bincang, tidak sengaja Reni mengungkapkan mimpinya yang begitu tinggi. Reni mempunyai mimpi ketika dewasa nanti Dia ingin menjadi pengusaha dan penyanyi. Sedangkan Deni juga mengungkapkan apa yang ada dalam mimpinya yaitu ingin menjadi Polisi yang bisa bekerja secara professional. Rendra yang keras kepala itu ingin menjadi orang kaya yang bisa membahagiakan kedua adiknya. Dengan cara apapun Rendra akan terus berusaha demi keluarganya yang kurang mampu. Mereka bertiga sama-sama mempunyai keinginan yang kuat. Mereka bersama-sama semangat untuk belajar dan berusaha demi tercapainya cita-cita. 
Setelah mereka asyik ngobrol, tiba-tiba Rendra dan Deni bertengkar karena mereka berdua sangat berambisi besar untuk meraih mimpinya. Rendra pun tidak terima karena Deni mengejek Rendra yang keras kepala dan males. Mereka berdua berantem di depan Reni adik mereka. Reni mencoba untuk melerainya, tapi Reni tidak berhasil karena Reni masih terlalu kecil dan pada saat itu Reni terkena hantaman Rendra. Reni menangis dan berkata: “ Kalian sudah besar, kenapa kalian berantem. Kita ini saudara, kita harus ingat dengan pesan Orang Tua kita yang sudah meninggalkan kita”. Kemudian Reni diam sambil meneteskan air mata kekecewaan.
****
Setelah beberapa saat kemudian, Reni meninggalkan kedua kakaknya yang sudah mengecewakan Reni. Reni pergi dari Panti Asuhan, pada akhirnya semua pengurus, Rendra dan Deni khuwatir karena Reni sampai malam belum juga kembali ke Panti. Mereka bingung mau mencari Reni kemana, kedua saudara Reni berinisiatif untuk melaporkan ke Kantor Polisi atas menghilangnya Reni.
Mereka berdua menyesal karena sudah membuat Reni kecewa dengan sikapnya. Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk pergi dari Panti Asuhan Al-Husna. Mereka pamit pada pengurus Panti dan akhirnya mereka diizinkan untuk meninggalkan Panti tersebut. Mereka berharap agar segera bertemu dengan Reni. Mereka sangat menyayangi adik mereka karena orang Tua mereka berharap agar mereka bisa menjaga adik-adiknya.
Ketika diperjalanan mereka kembali cekcok dan menyalahkan satu sama lain. Rendra terus-terusan menyalahkan Deni, begitupun sebaliknya Deni juga menyalahkan Rendra karena sikapnya yang keras dan tidak bisa menahan luapan emosinya. Akhirnya, mereka berdua berpisah dan tidak bersama-sama lagi mencari Reni. Rendra melangkahkan kainya dengan sangat emosi karena merasa hidup saudara-saudaranya sudah berantakan. Deni sangat kecewa terhadap Rendra. Mereka berjalan dengan berbeda arah, Reni, Deni, dan Rendra berfikir “akankah mereka akan kembali bersama-sama lagi seperti dulu?”.
****
Kehidupan yang indah akan terukir setelah beberapa waktu yang lalu mengalami keruntuhan sifat egois yang telah menyiksa. Membutuhkan suatu perjuangan yang begitu besar agar tercipta suasana yang indah dan harmonis. Tetesan air mata kekecewaan akan menjadi tetesan air mata kebahagiaan. Yakinlah pada hal itu karena kebahagiaan akan selalu menjadi rencana Tuhan ketika ada di suatu kehidupan.
Sepuluh tahun kemudian Reni menginjak usia 19 tahun, Reni telah menyelesaikan sekolahnya sampai SMA dan selama itu dia tinggal di Panti Asuhan Dharma. Reni bekerja sebagai penyanyi di salah satu Restaurant yang terkenal di Jakarta selama satu tahun. Setelah Rani mendapatkan modal, Rani membuka usaha kafe yang lumayan rame pengunjungnya. Keinginan Rani sebagai pengusaha dan penyanyi sudah mulai hadir didepan mata. Reni berharap segera bertemu dengan kedua saudaranya.
Semakin hari kafe Reni rame dengan pengunjung apa lagi kalau hari sabtu malam. Setiap sabtu malam Reni menyanyi di kafenya, dengan indah Reni menyanyikan lagu yang indah dan penuh kerinduan. “saat aku tertawa di atas semua, saat aku menangisi kesedihanku, aku ingin engkau selalu ada, aku ingin engkau aku kenal, selama aku masih bisa bernafas, masih sanggup berjalan, kukan selalu memujamu, meski kutak tau lagi, engkau ada dimana, dengarkan aku kumerindukanmu.” Sebuah lirik lagu yang bisa menenangkan hati karena selalu ingat pada-Nya.
Tepat pukul 11.45 malam, ada cowok yang mabuk berat hingga tertidur disalah satu meja kafe. Setelah Reni selesai bernyanyi, Reni menghampiri cowok tersebut dan mencoba untuk bicara dengannya. Kemudian cowok itu kaget dengan berkata “ Siapa kamu?”, cowok itu kelihatan ketakutan. Reni menatap mata cowok itu cukup lama dan merasa ada yang berbeda dari cowok tersebut. Cowok itu semakin ketakutan karena mengira bahwa Reni adalah intel yang akan memberantas Bandar narkoba. Akhirnya cowok itu pergi meninggalkan Reni yang terdiam saat melihat dia.
Tak sengaja Reni melihat kalung yang melingkar dileher cowok itu. Dengan sadar Reni mengejar cowok tersebut dengan berkata “ Hei, aku Reni, aku ingin tau siapa namamu. Jangan takut, aku bukan polisi”. Cowok itu terhenti dan menoleh ke Reni. Cowok tersebut mengatakan dengan jujur bahwa dirinya adalah Bandar narkoba yang dicari polisi. Reni meneteskan air mata dan mengeluarkan kalung yang sama dengan kalung cowok tersebut. Cowok tersebut tidak menyangka bahwasannya cewek yang menghampirinya juga mempunyai kalung yang sama dengan kalungnya. Akhirnya Reni menyadari bahwa cowok yang ada didepannya adalah kakanya yang bernama Rendra. Begitupun sebaliknya, Rendra sadar bahwa cewek yang ada didepannya adalah adik kandungnya sendiri. Mereka saling berpelukan untuk melepaskan kerinduan yang mendalam.
Kebahagiaan yang disertai tetesan air mata mereka. Mereka tidak menyangka akhirnya bisa bertemu dan berkumpul kembali. Reni mengajak Rendra pulang kerumahnya. Setelah mereka sampai di rumah Reni, Rendra menceritakan semua yang terjadi pada dirinya dan adiknya yang bernama Deni. Rendra menyesali perbuatannya karena sudah membuat Deni pergi jauh dari dirinya. Rendra juga mengakui bahwa dirinya sudah mengkonsumsi narkoba semenjak berpisah dengan saudara-saudaranya. Reni terdiam ketika mendengar semua cerita yang telah dialami kakaknya.
Esok harinya, ada beberapa polisi yang mengharmpiri rumah Reni karena salah satu temannya Rendra yang tertangkap menyatakan bahwa Rendra dibawa seseorang cewek ke rumahnya, dan cewek tersebut adalah pemilik kafe. Ketika polisi sudah mengepung rumah Reni, Rendra sangat ketakutan dan dia tidak ingin masuk penjara. Reni berjanji pada kakaknya, bahwa Reni akan melindungi kakaknya dari polisi. Kini polisi sudah masuk dalam rumah dan melihat Rendra yang berada disamping Reni. Komandan polisi tersebut kaget setelah melihat Reni yang melindungi Rendra.
Pada saat itu Reni sudah mengenal komandan Polisi yang sudah pernah menolongnya dari perampok. Reni berteriak pada komandan agar tidak menangkap kakaknya itu karena kakaknya sudah sadar dan mau berhenti dari jeratan narkoba. Komandan polisi itu kaget setelah melihat kalung yang melingkar di leher Rendra dan Reni. Komandan merasa bahwa mereka adalah saudaranya yang menghilang. Setelah terdiam sejenak komandan mencoba untuk mengeluarkan kalung yang melingkar dilehernya dan ternyata kalung itu sama. Rendra dan Reni pun ikut kaget setelah melihat kalung komandan tersebut. meka menyadari bahwa diantara mereka adalah satu keluarga yang sudah lama berpisah.
Komandan tidak akan melepaskan penjahat kaarena komandan ingin bekerja dengan professional. Polisi-polisi itu sudah memenuhi rumah Reni dan akan menangkap Rendra. Rendra tidak ingin masuk penjara dan akhirnya Rendra memutuskan untuk lari dari polisi-polisi itu. Setelah Rendra lari, peluru yang ada ditangan polisi itu akhirnya menembus pada kaki Rendra. Polisi itu menghampiri Rendra dan minta maaf karena sudah melukainnya. Polisi itu berkata sambil meneteskan air mata “Kak, maafkan aku karena sudah melukai kakimu. Aku Deni adikmu, aku punya kalung yang sama sepertimu, kalung ini adalah kalung yang diberikan ibu ketika kita masih kecil”. Akhirnya Rendra mau menyerah pada polisi-polisi itu dan bersedia untuk menerima hukuman.
Mereka bertiga bahagia karena sudah bisa berkumpul lagi. Mereka bertiga berjanji tidak akan mengulangi kejadian-kejadian yang mereka alami. Hari berganti, mereka pun mulai menghadapi kehidupan yang selanjutnya. Mereka saling mendukung demi tercapainya keinginan yang selama ini mereka impikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar