Dibalik Rumah Tangga
Kesetiaan akan mensejahterakan kehidupan berumah tangga, begitu juga dengan keikhlasan dan kesabaran akan membawa keluarga menjadi bahagia dan barokah. Rumah tangga yang baik akan menjadikan hubungan yang harmonis. Jangan ada ingkar dan kebohongan, karena hal itu akan membawa pada keburukan dan kehancuran.
Suatu hari di daerah Curah yang terletak tidak jauh dari pusat keramaian kota. Tidak sedikit pula penduduk yang tinggal di daerah Curah ini, lebih dari 1.500 jiwa yang bertahan hidup di kota kecil yang penuh dengan kegiatan dan aktivitas. Dari sekian banyak ibu rumah tangga bahkan remaja putri yang bekerja menjahit sebuah tas kondangan. Pekerjaan ini tidak menghasilkan keuntungan yang banyak akan tetapi pekerjaan ini dijadikan suatu rutinitas dan untuk mengisi waktu kosong.
Kegiatan di kota kecil itu tidak hanya menjahit, akan tetapi banyak kegiatan-kegiatan yang bisa menjadikan sebuah kesejahteraan, kekompakan, dan saling tolong menolong pada setiap orang. Tidak lupa dalam setiap tahunnya sering kali mengadakan bakti social dan gotong royong untuk menjadiakan sebuah kota kecil yang indah, bersih dan nyaman. Kegiatan rutin ini berjalan dengan lancar dan tidak pernah libur dari kegiatan-kegiatan.
Di setiap waktu liburan dan waktu luang banyak dari kalangan mahasiswa yang menghampiri kota kecil tersebut. Menurut para mahasiswa, kota kecil itu banyak keunikan-keunikan tersendiri sehingga baik untuk di jadikan bahan observasi untuk sebuah penelitian. Kota kecil yang padat dengan penduduk dengan banyaknya aktivitas yang dijalani.
Suatu saat di kota kecil ditemukan dua keluarga sederhana yang hidup dengan rukun dan bisa membaur di masyarakatnya. Banyak perbedaan yang yang terjadi pada dua keluarga ini, mulai dari tingkah laku sehari-hari sampai dengan cara peramutan dalam sebuah keluarga. Diantaranya ada keluarga sederhana dan keluarga mampu dalam hal ekonomi.
****
Disaat ada kegiatan gotong royong yang dilaksanakan oleh penduduk Curah, ada keluarga sederhana dan keluarga mampu yang ikut serta dalam kegiatan itu. Keluarga sederhana yang berisikan lima orang tersebut, diantaranya adalah Bapak Iskan, Ibu Umi dan 3 orang anak.
Kehidupan dari keluarga bapak Iskan ini sedikit ironis karena factor ekonomi yang menghalangi pendidikan keluarga mereka. Pada kegiatan gotong royong ini bapak Iskan sangat bersemangat dalam mengerjakannya. Bapak Iskan yang kesehariannya bekerja sebagai buruh tani di sawah seorang juragan terkaya di kota kecil Curah. Ibu Umi yang bekerja sebagai jasa tukang cuci di daerahnya. Sedangkan ketiga anaknya yang bernama ikhsan kelas 1 SMP, Isna kelas 5 SD, dan Habib kelas 2 SD.
Keluarga bapak Iskan ini sangat berharap untuk ketiga anaknya bisa bersekolah sampai ke perguruan tinggi hingga mudah untuk mencari pekerjaan. Segala upaya dan kerja keras keluarga bapak Iskan saat ini bisa menghidupi keluarga hingga sekarang meski tidak sedikit hutang yang berserakan ditetangganya. Setiap pagi pak Iskan berangkat ke sawah yang akan digarapnya dengan membawa aritnya yang sudah diasah dengan tajam.
Pak Iskan dan Ibu Umi saling membantu satu sama lain, setiap sore mereka duduk berdua dengan gembira masih bisa hidup bersama sampai sekarang ini. Kasih sayang yang diberikan pak Iskan sangat dihargai dengan baik oleh ibu Umi. Ibu Umi adalah seorang istri yang baik dan solikhah. Ibu Umi berhasil menjadi istri yang taat terhadap suami. Setiap perintah dan kewajiban menjadi seorang istri berhasil dikerjakan oleh ibu Umi. Setiap pagi ibu Umi menyajikan teh hangat untuk suami dan anak-anaknya. Dan disetiap pagi pak Iskan tidak pernah lupa menyapa Istrinya dengan kata “istriku yang solikhah, terima kasih atas jamuanmu..”. Dengan senyuman manis sang istripun membalasnya.
Di kemudian hari keluarga bapak Iskan bermain di telaga buatan penduduk Curah yang letaknya tidak jauh dari rumah bapak Iskan. Mereka mengisi waktu luang untuk refreshing sejenak dan melepaskan rasa lelah yang mereka alami. Ketika itu pak Iskan dan keluarga melihat satu keluarga yang juga berkunjung ke telaga tersebut. Tidak diduga ternyata Isna anak pak Iskan adalah temannya Ratna yang sedang bermain di telaga dengan keluarganya juga. Isna meminta izin pada Orang Tuanya untuk menghampiri Ratna. Isna menghampiri Ratna yang sedang duduk sendiri di pojok kiri telaga, dan mengajak Ratna untuk bermain bersama-sama.
Isna bertanya pada Ratna, “hai Ratna, kamu kesini sama siapa?” Ratna hanya diam saja, kembali lagi Isna bertanya, “Ratna, kamu kesini sama siapa?”. Ratna menjawab dengan lembut dan raut wajahnya yang terlihat kusut, “aku kesini dengan keluargaku, tapi aku tak mau gabung dengan mereka, dari tadi aku perhatikan kamu dan keluargamu yang selalu ceria, bisa bersenda gurau dan aku berharap mempunyai ibu seperti ibumu. Ibumu sangat baik kepada kamu, saudaramu dan pada ayahmu”. Isna kaget mendengar jawaban dari Ratna dan bertanya “apa yang terjadi?, tidakkah kamu bahagia bersama mereka?, yang aku lihat kamu dan keluargamu adalah keluarga yang terlihat bahagia dan sejahtera”.
****
Keluarga Ratna adalah keluarga mampu dibandingkan keluarga bapak Iskan. Ratna salah satu putri dari bapak Setyo dan ibu Iis, dan Ratna mempunyai adik laki-laki yang bernama yusron. Keluarga bapak Setyo ini mempunyai pekerjaan yang biasa tapi bisa menghasilkan pendapatan yang banyak. Dengan kegiatan dagangnya yang selalu menghasilkan banyak keuntungan menjadikan keluarga bapak Setyo ini bisa memenuhi kebutuhan hidup. Sawah-sawah yang luas bisa dimiliki dan dikelola keluarga bapak Setyo dengan baik.
Bapak Setyo sosok yang baik dan bertanggung jawab terhadap anak dan istrinya. Sayangnya, bapak Setyo sejak muda terkena penyakit Lifer yang sampai sekarang belum bisa disembuhkan dengan normal. Setiap mendengar cerita buruk dari tetangga-tetangganya penyakit Pak Setyo ini kambuh. Ratna sering kali sedih melihat penyakit yang diderita Ayahnya ini, bahkan Ratna sering pergi keluar sendiri dan merenung. Pak Setyo tak bisa menahan rasa sedih dan kecewa terhadap istrinya yang suka hura-hura. Kesabaran yang ada pada diri pak Setyo sangat besar dan tidak ada habisnya.
Ibu Iis adalah istri dari pak Setyo, bu Iis sosok yang periang dan sedikit egois. Keegoisan ibu Iis membuat pak Setyo dan kedua anaknya merasa terlantar. Namun, ada sedikit ketulusan yang entah itu benar atau tidak ketika seorang istri meramut suami yang sedang sakit dan membutuhkan kasih sayang. Bu Iis sering pergi ke pasar untuk keperluan usaha dagangnya, setiap ke pasar ibu Iis berangkat pada pukul 11 siang dengan alasan karena pasar sudah sepi dan tidak antri. Semenjak itu, banyak tetangga yang curiga akan tingkah yang dilakukan bu Iis.
Setiap siang bu Iis pergi ke tempat langganannya yang di pasar dengan dandanannya yang menyerupai anak muda layaknya belum menikah. Setelah itu, ada tetangga yang yang melihat ibu Iis sedang bersenda gurau dengan pedagang yang di pasar tersebut. Pedagang tersebut sudah mempunyai istri dan mempunyai 2 orang anak. Ibu Iis dan pedagang sama-sama saling suka dan saling mengagumi. Tetangga ibu Iis yang bernama ibu Yati melihat kedekatan mereka. Ibu Yati kaget dan tidak menyangka bahwa ibu Iis yang terlihat tlaten merawat suami yang sedang sakit hingga sembuh ternyata suka bermain sama lelaki lain. Ibu Iis tidak mengetahui bahwa dirinya telah terlihat hidung belangnya.
Setelah ibu Yati tahu akan sifatnya yang masih seperti anak kecil, ibu Yati langsung menceritakan kejadian yang dilihatnya kepada kerabat-kerabat dekatnya. Saat itu juga saudara-saudara dan keluarga dekatnya pak Setyo sepakat untuk menyembunyikan hal ini, semua saudara dan keluarga dekatnya tidak ingin pak Setyo kembali sakit gara-gara istrinya. Akan tetapi, tidak lama kemudian rahasia ini terbongkar dan sudah didengar pak Setyo sendiri. Pada saat itu juga pak Setyo mencoba untuk menerima dan mempersilahkan seorang istri untuk berhubungan dengan orang lain dengan sah. Pak setyo kembali sakit dan dirawat di rumah sakit. Tubuh pak Setyo semakin habis, kurus dengan perut yang buncit.
****
Keluarga pak Setyo terlihat hancur karena seorang istri yang kurang taat terhadap suami. Ratna dan adiknya merasa tidak bisa mempunyai keluarga yang utuh, mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena masih cukup kecil untuk mencampuri urusan Orang Tua mereka. Ibu Iis masih saja terlihat keegoisannya meskipun sudah terlihat kedoknya. Ketaatan dan kesetiaan yang diberikan seorang istri hanyalah bohong. Ibu Iis tidak berhasil menjadi seorang istri yang taat dan patuh pada perintah suami. Ibu Iis sering meminta uang kepada pak Setyo, ibu Iis sulit mengeluarkan uang untuk pengobatan Suaminya. Seolah-olah ibu Iis adalah penguasa di keluarga pak Setyo.
-***-
Keluarga adalah segerombolan orang yang sudah mendapatkan tali ikatan dengan disetujui oleh agama dan hukum. Allah telah menciptakan manusia dengan berpasang-pasangan. Dari berpasang-pasangan tersebut bisa menjadi keluarga yang menyatu. (IAP)