Selasa, 18 Desember 2012

Teori Belajar Sosial oleh Albert Bandura (IAP)



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Teori
Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social ( Social Learning Teory ) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia seorang psikologi yang terkenal dengan teori belajar social atau kognitif social serta efikasi diri. Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta factor pelaku memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspektasi/ penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan, factor social mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orangtuanya. Albert Bandura merupakan salah satu perancang teori kognitif social. Menurut Bandura ketika siswa belajar mereka dapat merepresentasikan atau mentrasformasi pengalaman mereka secara kognitif. Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif dan lingkungan. Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkungan mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor person/kognitif mempengaruhi perilaku. Faktor person Bandura tak punya kecenderungan kognitif terutama pembawaan personalitas dan temperamen. Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan.
Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peranan penting. Faktor person (kognitif) yang dimaksud saat ini adalah self-efficasy atau efikasi diri. Reivich dan Shatté (2002) mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan memecahkan masalah dengan efektif. Efikasi diri juga berarti meyakini diri sendiri mampu berhasil dan sukses. Individu dengan efikasi diri tinggi memiliki komitmen dalam memecahkan masalahnya dan tidak akan menyerah ketika menemukan bahwa strategi yang sedang digunakan itu tidak berhasil. Menurut Bandura (1994), individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan sangat mudah dalam menghadapi tantangan. Individu tidak merasa ragu karena ia memiliki kepercayaan yang penuh dengan kemampuan dirinya. Individu ini menurut Bandura (1994) akan cepat menghadapi masalah dan mampu bangkit dari kegagalan yang ia alami.
Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar social jenis ini. Contohnya, seseorang yang hidupnya dan dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka dia cenderung untuk memilih bermain judi, atau sebaliknya menganggap bahwa judi itu adalah tidak baik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Teori yang diciptakan oleh Albert Bandura?
2. Bagaimana terapi yang diterapkan oleh Albert Bandura?









BAB II
PEMBAHASAN
A.    Biografi Albert Bandura
Albert Bandura lahir tanggal 4 Desember 1925, dikota kecil Mundare bagian selatan Alberta Kanada. Dia sekolah di sekolah dasar dan sekolah menengah yang sederhana, dengan fasilitas pendidikan yang sangat terbatas, namun dengan hasil rata-rata yang sangat memuaskan. Setelah selesai SMA, dia bekerja di perusahaan penggalian jalan raya Alaska Highway di Yukon. [1]
Dia mendapatkan gelar sarjana muda di bidang psikologi dari University of British of Columbia pada tahun 1949. Kemudian dia masuk University of Lowa, tempat dimana dia meraih gelar Ph.D tahun 1952. Setelah itu dia sangat berpengaruh dalam tradisi behavioris dan teori pembelajaran. Waktu di Lowa, dia bertemu dengan Virginia Varns, seorang instruktur perawat. Mereka kemudian dikaruniai dua orang putrid. Setelah lulus dia meneruskan penididikanya ke tingkat post-doktoral di Wichita Guidance Center di Wichita, Kansas.
Tahun 1953, dia mulai mengajar di Stanford University. Disinilah dia mulai bekerja sama dengan salah seorang anak didiknya, Richard Walters. Buku pertama hasil kerja sama mereka berjudul Adolescent Aggerssion terbit tahun 1959. Sayangnya, Walters meninggal dunia di usia muda karena kecelakaan sepeda motor.
Bandura menjadi presiden APA tahun 1973, dan menerima APA Award atas jasa-jasanya dalam Distinguished Scientific Contributions tahun 1980. Sampai sekarang dia masih mengajar di Standford Univercity.
B.     Teori Belajar Sosial[2]
Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional (behavioristik). Teori pembelajaran social ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip – prinsip teori – teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat – isyarat perubahan perilaku, dan pada proses – proses mental internal. Jadi dalam teori pembelajaran social kita akan menggunakan penjelasan – penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan – penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar social “ manusia “ itu tidak didorong oleh kekuatan – kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus – stimulus lingkungan.
Seperti pendekatan teori pembelajaran terhadap kepribadian, teori pembelajaran social berdasarkan pada penjelasan yang diutarakan oleh Bandura bahwa sebagian besar daripada tingkah laku manusia adalah diperoleh dari dalam diri, dan prinsip pembelajaran sudah cukup untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang. Maksudnya, sewaktu melihat tingkah laku orang lain, individu akan belajar meniru tingkah laku tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain sebagai model bagi dirinya.
C.    Teori Pembelajaran Observasional (Modeling)
Menurut Bandura, kebanyakan belajar terjadi tanpa reinforsemen yang nyata. Dalam penelitianya, ternyata orang dapat mempelajari respon baru dengan melihat respon orang lain, bahkan belajar tetap terjadi tanpa ikut melakukan hal yang dipelajari itu, dan model yang diamatinya juga tidak mendapat reinsforsemen dari tingkah lakunya. Belajar melalui observasi jauh lenih efisien disbanding belajar melalui pengalaman langsung. Melalui observasi orang dapat memperoleh respon yang tidak terhingga banyaknya, yang mungkin diikuti dengan hubungan atau penguatan.[3]
Dalam teori ini Bandura melakukan sebuah eksperimen. Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
Albert Bandura seorang tokoh teori belajar social ini menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan menggunakan pendekatan “permodelan “. Beliau menjelaskan lagi bahwa aspek perhatian pelajar terhadap apa yang disampaikan atau dilakukan oleh guru dan aspek peniruan oleh pelajar akan dapat memberikan kesan yang optimum kepada pemahaman pelajar.
Eksperimen Pemodelan Bandura :
Kelompok A = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa memukul, menumbuk, menendang, dan menjerit kearah patung besar Bobo.
Hasil = Meniru apa yang dilakukan orang dewasa malahan lebih agresif
Kelompok B = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa bermesra dengan patung besar Bobo
Hasil = Tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif seperti kelompok A
Rumusan :
Tingkah laku anak – anak dipelajari melalui peniruan / permodelan adalah hasil dari penguatan.
Hasil Keseluruhan Eksperimen :
Kelompok A menunjukkan tingkah laku yang lebih agresif dari orang dewasa. Kelompok B tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif.[4]
Jadi, awal kejadian ini tidak tampak sebagai hasil penelitian yang berharga, tapi ingat, anak-anak tadi mengubah perilaku mereka tanpa terlebih dahulu mempertimbangkan apa akibat dari perilaku yang baru mereka tiru. Walaupun menurut orang tua, guru atau peneliti anak-anak , perubahan perilaku ini bukanlah hal yang luar biasa, namun bagi peneliti behavioristik, perubahan ini tidak selaras dengan teori proses belajar yang selama ini ada. Dia menyebut teori dengan pembelajaran observasional atau modeling, dan teori Bandura ini biasa disebut dengan teori Pembelajaran Sosial
Berdasarkan Variasi pebelitian lain, ini adalah beberapa tahapan terjadinya proses modeling.[5] Yaitu:
1.      Atensi (perhatian)
Kalau anda ingimn mempelajari sesuatu, anda harus memperhatikannya dengan seksama. Sebaliknya semakin banyak hal yang menganggu perhatian anda, maka proses belajar anda akan semakin lambat, termasuk proses dengan mengamati ini. Misalnya, kalau anda ngantuk, grogi, mabuk, sakit, gugup atau tertlalu mencari perhatian, anda tidak akan bisa belajar dengan baik.
2.      Mengingat (’Retention’)
Subjek yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Ini membolehkan subjek melakukan peristiwa itu kelak bila diperlukan atau diingini. Kemampuan untuk menyimpan informasi juga merupakan bagian penting dari proses belajar.
3.       Reproduksi gerak (’Reproduction’)
Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkahlaku, subjek juga dapat menunjukkan kemampuannya atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkah laku. Contohnya, mengendarai mobil, bermain tenis. Jadi setelah subyek memperhatikan model dan menyimpan informasi, sekarang saatnya untuk benar-benar melakukan perilaku yang diamatinya. Praktek lebih lanjut dari perilaku yang dipelajari mengarah pada kemajuan perbaikan dan keterampilan.
4.      Motivasi
Motivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura karena ia adalah penggerak individu untuk terus melakukan sesuatu. Jadi subyek harus termotivasi untuk meniru perilaku yang telah dimodelkan. 
 Bandura menyebutkan beberapa jenis motifasi, yaitu:
a.       Dorongan masa lalu  yaitu dorongan-dorongan sebagaimana yang dimaksud kaum behavioria tradisional.
b.      Dorongan yang dijanjikan (insentif) yang bisa kita bayangkan.
c.       Dorongan-dorongan yang kentara, seperti melihat atau teringat akan model-model yang patut ditiru.
Anda harus ingat bahwa dorongan-dorongan ini secara tradisional sebagai :penyebab” terjadinya proses belajar. Namun, menurut Albert Bandura dorongan-dorongan ini bukannya menyebabkan kita mau belajar, akan tetapi mendorong kita untuk membuktikan bahwa kita telah belajar.
D.    Struktur Kepribadian[6]
System self yang terdapat pada teorinya Bandura yakin bahwa pengaruh yang ditimbulkan oleh self sebagai salah satu determinan tingkah laku tidak dapat dihilangkan tanpa membahayakan penjelasan dan kekuatan peramalan. Dengan kata lain, self diakui sebagai unsure struktur kepribadian. Saling deteminis menempatkan semua hal saling berinteraksi, di mana pusat atau pemulanya adalah system self. System self itu bukan unsure psikis yang mengontrol tingkah laku, tetapi mengacu ke struktur kognitif yang member pedoman mekanisme dan seperangkat fungsi-fungsi persepsi, evaluasi, dan pengaturan tingkah laku. Pengaruh self tidak otomatis atau mengatur tingkah laku secara otonom, tetapi self menjadi bagian dari system interaksi resiprokal.
1.      Regulasi Diri
Manusia mempunyai kemampuan berfikir, dan dengan kemampuan itu mereka memanipulasi lingkungan, sehingga terjadi perubahan lingkungan akibat kegiatan manusia. Baliknya dengan bentuk determinis resiprikal berarti orang dapat mengatur sebagian dari tingkahlakunya sendiri. Menurut Bandura, akan terjadi strategi reaktif dan proaktif dalam regulasi diri. Strategi reaktif dipakai untuk mencapai tujuan, namun ketika tujuan hampir tercapai strategi proaktif menentukan tujuan baru yang lebih tinggi. Orang memotivasi dan membimbing tingkah lakunya sendiri melalui strategi proaktif, menciptakan keseimbangan, agar dapat memobilisasi kemampuan dan usahanya berdasarkan antisipasi apa saja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Ada tiga proses yang dapat dipakai untuk melakukan pengaturan diri: memanipulasi factor eksternal, memonitor dan mengevaluasi tingkah laku internal. Tingkah laku manusia adalah hasil pengaruh resiprokal factor eksternal dan factor internal.
Regulasi diri atau kemampuan mengontrol perilaku diri sendiri adalah salah satu dari sekian penggerak utama kepribadian manusia. Bandura menawarkan tiga tahap yang terjadi dalam proses regulasi diri ini.
a.       Pengamatan Diri yang dimaksud pengamatan diri disini adalah melihat diri dan perilaku kita sendiri, serta terus mengawasinya.
b.      Penilaian adalah kita membandingkan apa yang kita lihat pada diri dan perillaku kita dengan standart ukuran. Contohnya, kita bisa membandingkan perilaku kita dengan standar-standar tradisional, seperti “tata krama”. Atau kita dapat menciptakan standar ukuran sendiri, seperti, “saya harus membaca satu buku dalam satu minggu”. Atau kita dapat bersaing dengan orang lain atau dengan diri sendiri.
c.       Respon diri yang direspon dengan respon diri adalah kalau Anda telah membandingkan diri dan perilaku Anda dengan standar ukuran tertentu. Anda dapat member raspon diri pada diri Anda sendiri. Sebaliknya, kalau perilaku Anda tidak sesuai dengan standar ukuran, Anda dapat mengganjar diri Anda sendiri juga dengan respon diri. Bentuk respon diri ini bisa bermacam-macam, mulai dari yang sangat jelas ( misalnya, bekerja keras atau belajar sampai larut malam) sampai bentuk yang implicit (seperti perasaan bangga atau malu).
Konsep paling penting dalam psikologi yang dapat dipahami dari sudut pandang regulasi diri ini adalah konsep diri atau yang lebih dikenal dengan konsep harga diri. Kalau selama ini anda merasa hidup Anda telah sesuai dengan standar-standar nyang Anda tentukan dan telah memperoleh penghargaan dan imbalan, itu berarti Anda telah memiliki konsep-diri (harga diri). Sebaliknya, kalau selama ini Anda merasa gagal memenuhi standard an terus menerus mengganjar diri Anda, itu berarti Anda memiliki konsep-diri (harga diri) yang lemah.
Tentu kita masih ingat dengan pandangan uum kaum behavioris bahwa dorongan lebih bersifat efektif, sementara hukuman sepertinya lebih banyak membawa masalah. Hal yang sama juga berlaku pada penghukuman-diri. Bandura melihat adanya tiga hal yang akan muncul akibat penghukuman diri ini:
a.       Kompensasi yaitu kompleks superioritas, semisal berkhayal punya harga diri atau kehormatan yang sangat tinggi.
b.      Ketidakaktifan seperti sifat apatis, kebosanan dan depresi.
c.       Pelarian seperti kecanduan narkoba dan alcohol, fantasi-fantasi televisi, bahkan bunuh diri.
Saran Bndura terhadap adanya orang-orang dengan konsep-diri yang buruk berasal dari tiga langkah regulasi-diri tadi. Diantara saran-saranya yaitu:[7]
a.       Pengamatan diri, ketahuilah diri Anda sendiri. Pastikan Anda memiliki standar ukuran yang tidak terlalu tinggi. Jangan jebak diri Anda memiliki gambaran yang pas tentang perilaku Anda.
b.      Memperhatikan standar ukuran, pastikan Anda jangan jebak diri Anda dengan target-target yang pasti tidak akan bisa Anda raih. Sebaliknya, standar ukuran yang terlalu rendah juga tidak berarti apa-apa. Intinya, ukurlah dengan kemampuan dan kapasitas Anda sendiri.
c.       Memperhatikan respon-diri, gunakan imbalan untuk diri Anda sendiri, bukan hukuman. Rayakan keberhasilan Anda sendiri dengan cara Anda sendiri, dan jangan berkutat pada kegagalan-kegagalan yang Anda alami.
2.      Efikasi Diri
Bagaimana orang bertingkah laku dalam situasi tertentu tergantung kepada resiprokal antara lingkungan dengan kondisi kognitif, khususnya factor kognitif yang berhubungan dengan keyakinannya bahwa dia mampu atau tidak mampu melakukan tindakan yang memuaskan. Bandura menyebut keyakinan atau harapan diri ini sebagai efikasi diri, dan harapan hasilnya disebut ekspektasi hasil.
a.       Efikasi diri atau efikasi ekspektasi (self effecation- efficacy ekspectation) adalah “persepsi diri sendiri mengenai sebarapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu.” Efikasi diri berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan.
b.      Ekspektasi hasil (outcome ekspectations) adalah perkiraan atau estimasi diri bahwa tingkah laku yang dilakukan diri itu akan mencapai hasil tertentu.
Efikasi adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat tepat atau salah, bisa atau tidak bisa mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Efikasi ini berbeda dengan aspirasi (cita-cita), karena cita-cita menggambarkan penilaian kemampuan diri. Seorang dokter ahli bedah, pasti mempunyai ekspektasi efikasi yang tinggi, bahwa dirinya mampu melaksanakan operasi tumor sesuai dengan standar professional. Namun ekspektasi hasilnya bisa rendah, karena hasil operasi itu sangat tergantung kepada daya tahan jantung pasien, kemurnian obat antibiotic, sterilitas dan infeksi, dan sebagainya. Orang bisa memiliki ekspektasi hasil yang realistic (apa yang diharapkan sesuai dengan kenyataan hasinya), atau sebaliknya ekspektasi hasilnya tidak realistic (mengharap terlalu tinggi dari hasil nyata yang dapat dicapai). Orang yang ekspektasi efeksinya tinggi (percaya bahwa dia dapat mengerjakan sesuai dengan tuntutan situasi) dan harapan hasilnya realistic (memperkirakan hasil sesuai dengan kemampuan diri), orang itu akan bekerja keras dan bertahan mengerjakan tugas sampai selesai.
Sumber efikasi diri terjadi karena perubahan tingkah laku, dalam system Bandura kuncinya adalah perubahan ekspektasi efikasi (efikasi diri). Efikasi diri atau keyakinan kebiasan diri itu dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan atau diturunkan, melalui salah satu atau kombinasi empat sumber, yakni pengalaman mengusai sesuatu prestasi (performance accomplishment), pengalaman vikarius (vicarious exsperience), persuasi social (social persuation) dan pembangkitan emosi (emotional/physiological states).
Efikasi diri sebagai predictor tingkah laku menurut Bandura, sumber pengontrol tingkah laku adalah resiprokal antara lingkungan, tingkah laku, dan pribadi. Efikasi diri merupakan variable pribadi yang penting, yang kalau digabung dengan tujuan-tujuan spesifik dan pemahaman mengenai prestasi, akan menjadi penentu tingkah laku mendatang yang penting. Berbeda dengan konsep diri (Rogers) yang bersifat kesatuan umum, efikasi diri bersifat fragmental. Setiap individu mempunyai efikasi diri yang berbeda-beda pada situasi yang berbeda, tergantung pada:
1.      Kemampuan yang dituntut oleh situasi yang berbeda itu.
2.      Kehadiran orang lain, khususnya saingan dalam situasi itu.
3.      Keadaan fisiologis dan emosional, kelelahan, kecemasan, apatis, murung.
Efikasi yang tinggi atau rendah, dikombinasikan dengan lingkungan yang responsive atau tidak responsive, akan menghasilkan empat kemungkinan prediksi tingkah laku.[8]
Efikasi
Lingkungan
Prediksi hasil tingkah laku
Tinggi
Responsive
Sukses, melaksanakan tugas yang sesuai dengan kemampuannya.
Rendah
Tidak responsive
Depresi, melihat orang lain sukses pada tugas yang dianggapnya sulit.
Tinggi
Tidak responsive
Berusaha keras mengubah lingkungan menjadi responsive, melakukan protes, aktifitas social, bahkan memaksakan perubahan.
Rendah
Responsive
Orang menjadi apatis, pasrah, selalu merasa tidak mampu.

E.     Terapi Albert Bandura
a.       Terapi Kontrol Diri[9]
Terapi ini cenderung lebih berhasil pada persoalan-persoalan sederhana, sepertoi merokok, banyak makan atau kebiasaan belajar yang buruk.
1.      Grafik-grafik behavioral
Pengamatan diri mengharuskan Anda terus menerus mengawasi perilaku Anda sendiri, baik sebelum Anda berubah maupun setelahnya. Cara ini mencakup hal-hal sederhana seperti menghitung berapa batang rokok yang Anda habiskan dalam sehari sampai, seperti membuat catatan harian untuk mengetahui perilaku Anda sendiri.
2.      Perencanaan lingkungan
Ambil salah satu kartu atau catatan harian perilaku Anda dan jadikan sebagai patokan. Selain itu, Anda berusaha mengubah lingkungan Anda. Misalnya, Anda bisa menghilangkan factor-faktor yang akan membawa kita pada perilaku yang jelek, seperti menyingkirkan abstrak, tidak lagi minim kopi, menghindari bergaul dengan teman-teman yang merokok. Anda pun bisa menemukan waktu dan tempat yang tepat untuk berperilaku baik.
3.      Perjanjian diri
Akhirnya Anda harus bersiap untuk member imbalan kepada diri Anda sendiri ketika Anda berhasil melaksanakan rencana-rencana Anda sendiri dan siap pula menghukum diri sendiri ketiuka tidak berhasil melaksanalkannya.
Kalau Anda belum bisa berhasil melakukannya sendiri, Anda harus melibatkan orang lain yang dapat mengawasi apakahg Anda benar-benar melaksanakan perjanjian tadi atau tidak.
F.     Dinamika Kepribadian[10]
Menurut Bandura, motivasi adalah konstruk kognitif yang mempunyai dua sumber, gambaran hasil pada masa yang akan datang (yang dapat menimbulkan motivasi tingkah laku saat ini), dan harapan keberhasilan didasarkan pada pengalaman menetapkan dan mencapai tujuan-tujuan antara. Dengan kata lain, harapan mendapat reinforsemen pada masa yang akan datang memotivasi seseorang untuk bertingkah laku tertentu. Juga, dengan menetapkan tujuan atau tingkat performansi yang diinginkan, dan kemudian mengevaluasi performansi dirinya, orang termotifasi untuk bertindak pada tingkat tertentu. Anak yang lemah dalam matematik, tampak meningkat performansinya ketika mereka menetapkan dan berusaha mencapai serangkaian tujuan yang berurutan yang memungkinkan evaluasi diri segera daripada menetapkan tujuan yang jauh dan membutuhkan waktu lama mencapainya. Jadi, terus menerus mengamati, memikirkan, dan menilai tingkah laku diri, akan memberi insentif-diri sehingga bertahan dalam berusaha mencapai standar yang telah ditentukan.
Bandura setuju bahwa penguatan menjadi penyebab belajar. Nemun orang juga dapat belajar dengan penguat yang diwakilkan (vicarious reinforcement), penguat yang ditunda (expectation reinforcement), atau bahkan tanpa penguat (beyond reinforcement).:
1.      Penguatan Vikarius adalah mengamati orang lain yang mendapat penguatan, membuat orang ikut puas dan berusaha belajar gigih agar menjadi seperti orang itu.
2.      Penguatan yang ditunda adalah orang terus menerus berbuat tanpa mendapat penguatan, karena yakin akan mendapat penguatan yang sangat memuaskan pada masa yang akan datang.
3.      Tanpa penguatan adalah belajar tanpa ada reinforsemen sama sekali, mirip dengan konsep otonomi fungsional dari Alport.
Ekspektasi penguatan dapat dikembangkan dengan mengenali dampak dari tingkah laku: pengamatan terhadap praktek mengganjar dan menghukum tingkah laku orang lain yang ada dilingkungan social, dan menghukum tingkah lakunya sendiri. Orang mengembangkan standar pribadi berdasarkan standar social melalui interaksinya dengan orang tua, guru, dan teman sebayanya. Orang dapat mengganjar dan menghukum tingkah laku sendiri dengan menerima diri atau mengkritik diri. Penerimaan dan kritik diri sangat besar perannannya dalam membimbing tingkah laku, sehingga tingkah laku orang menjadi tetap (konsisten), tidak terus menerus berubah akibat adanya perubahan social.




















BAB III
PENUTUP



Kesimpulan
Teori Belajar Sosial , Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura seorang ahli psikologi pendidikan dari Stanford University,USA. Teori pembelajaran ini dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang mengalami pembelajaran dalam lingkungan sekitarnya.
Teori pembelajaran observasional atau modeling Dalam teori ini Bandura melakukan sebuah eksperimen. Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya. Ada beberapa tahapan untuk mengetahui proses terjadinya modeling, yaitu: atensi (perhatian), retensi (peringatan), reproduksi dan motivasi.
Dalam Regulasi Diri, manusia mempunyai kemampuan berfikir, dan dengan kemampuan itu mereka memanipulasi lingkungan, sehingga terjadi perubahan lingkungan akibat kegiatan manusia. Ada tiga saran yang bisa untuk bisa menghilangkan konsep-diri buruk yang terjadi pada orang-orang. Yaitu, pengamatan diri, memperhatikan standar ukuran dan memperhatikan respon diri.
Dalam teori Albert Bandura ada terapi control diri yang dilakukan dengan cara, pertama; grafik-grafik behavioral, kedua; perencanaan lingkungan, dan ketiga; perjanjian diri.








Daftar Pustaka



Boeere, George.2006.Personality Theories.Jogjakarta:Prismashopie.cet 4.
Friedman, Howard.2006.Kepribadian.Jakarta:Eirlangga.
Alwisol.2012.Psikologi Kepribadian.Malang:UMM Press.
Suryabrata, Sumadi.2011.Psikologi Kepribadian.Jakarta:Rajawali Pers.
Syah, Muhibbin.1999.Psikologi Belajar.Jakarta:Logos Wacana Ilmu.



[1] Sumadi Suryabrata,psikologi kepribadian,(Jakarta: rajawali pers,2011),h.345
[2] George Boeree,personality theories,(Jogjakarta:Prismashopie,2006),h.264
[3] Ibid. George Beoree, h.265
[4] Howard s. friedman, kepribadian, (Jakarta: eirlangga,2006),h.276
[5] Op. Cit. George Borcee, h. 267
[6] Alwisol,psikologi Kepribadian,(Malang:UMM Press,2012),h.284
[7] Ibid, George Boercee, h.271
[8] Ibid. alwisol, h.290
[9] Ibid, Gerge Boeree, h. 272
[10] Op.Cit, alwisol, h.291