BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Teori
Albert
Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social ( Social Learning
Teory ) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada
komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia seorang psikologi
yang terkenal dengan teori belajar social atau kognitif social serta efikasi
diri. Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang
menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa
disekitarnya.
Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan
kognitif
serta factor pelaku memainkan
peran penting dalam
pembelajaran.
Faktor
kognitif
berupa ekspektasi/ penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan,
factor social mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orangtuanya. Albert Bandura merupakan salah satu
perancang teori kognitif social. Menurut
Bandura
ketika
siswa belajar
mereka dapat merepresentasikan
atau mentrasformasi pengalaman mereka
secara kognitif. Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku,
person/kognitif dan lingkungan. Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor
lingkungan mempengaruhi
perilaku, perilaku
mempengaruhi lingkungan, faktor person/kognitif mempengaruhi perilaku. Faktor person Bandura tak
punya kecenderungan kognitif terutama pembawaan personalitas dan temperamen. Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan.
Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peranan
penting. Faktor person (kognitif)
yang dimaksud saat ini adalah self-efficasy atau efikasi
diri. Reivich
dan Shatté (2002)
mendefinisikan
efikasi diri sebagai keyakinan
pada
kemampuan diri
sendiri untuk menghadapi dan
memecahkan masalah dengan efektif.
Efikasi diri juga berarti meyakini diri sendiri mampu berhasil dan sukses. Individu dengan efikasi diri tinggi memiliki komitmen dalam memecahkan masalahnya dan tidak akan menyerah ketika menemukan bahwa strategi yang sedang digunakan itu tidak berhasil. Menurut Bandura (1994), individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan sangat
mudah
dalam menghadapi tantangan.
Individu tidak merasa ragu
karena
ia memiliki kepercayaan
yang
penuh
dengan kemampuan
dirinya.
Individu ini
menurut Bandura (1994) akan
cepat menghadapi masalah dan mampu bangkit dari kegagalan yang ia alami.
Menurut
Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model
merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam
konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku
dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh
pada pola belajar social jenis ini. Contohnya, seseorang yang hidupnya dan
dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka dia cenderung untuk memilih bermain
judi, atau sebaliknya menganggap bahwa judi itu adalah tidak baik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Teori yang diciptakan oleh Albert Bandura?
2. Bagaimana terapi yang diterapkan oleh Albert Bandura?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Biografi Albert
Bandura

Dia mendapatkan gelar sarjana muda
di bidang psikologi dari University of British of Columbia pada tahun 1949.
Kemudian dia masuk University of Lowa, tempat dimana dia meraih gelar Ph.D
tahun 1952. Setelah itu dia sangat berpengaruh dalam tradisi behavioris dan
teori pembelajaran. Waktu di Lowa, dia bertemu dengan Virginia Varns, seorang
instruktur perawat. Mereka kemudian dikaruniai dua orang putrid. Setelah lulus
dia meneruskan penididikanya ke tingkat post-doktoral di Wichita Guidance
Center di Wichita, Kansas.
Tahun 1953, dia mulai mengajar di
Stanford University. Disinilah dia mulai bekerja sama dengan salah seorang anak
didiknya, Richard Walters. Buku pertama hasil kerja sama mereka berjudul
Adolescent Aggerssion terbit tahun 1959. Sayangnya, Walters meninggal dunia di
usia muda karena kecelakaan sepeda motor.
Bandura menjadi presiden APA tahun 1973, dan menerima APA Award
atas jasa-jasanya dalam Distinguished Scientific Contributions tahun 1980.
Sampai sekarang dia masih mengajar di Standford Univercity.
B.
Teori Belajar
Sosial[2]
Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan
dari teori belajar perilaku yang tradisional (behavioristik). Teori
pembelajaran social ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori ini
menerima sebagian besar dari prinsip – prinsip teori – teori belajar perilaku,
tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat – isyarat
perubahan perilaku, dan pada proses – proses mental internal. Jadi dalam teori
pembelajaran social kita akan menggunakan penjelasan – penjelasan reinforcement
eksternal dan penjelasan – penjelasan kognitif internal untuk memahami
bagaimana belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar social “ manusia “
itu tidak didorong oleh kekuatan – kekuatan dari dalam dan juga tidak
dipengaruhi oleh stimulus – stimulus lingkungan.
Seperti pendekatan teori pembelajaran terhadap
kepribadian, teori pembelajaran social berdasarkan pada penjelasan yang
diutarakan oleh Bandura bahwa sebagian besar daripada tingkah laku manusia
adalah diperoleh dari dalam diri, dan prinsip pembelajaran sudah cukup untuk
menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang. Maksudnya, sewaktu melihat
tingkah laku orang lain, individu akan belajar meniru tingkah laku tersebut
atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain sebagai model bagi dirinya.
C.
Teori Pembelajaran Observasional (Modeling)
Menurut Bandura, kebanyakan belajar terjadi
tanpa reinforsemen yang nyata. Dalam penelitianya, ternyata orang dapat
mempelajari respon baru dengan melihat respon orang lain, bahkan belajar tetap
terjadi tanpa ikut melakukan hal yang dipelajari itu, dan model yang diamatinya
juga tidak mendapat reinsforsemen dari tingkah lakunya. Belajar melalui
observasi jauh lenih efisien disbanding belajar melalui pengalaman langsung.
Melalui observasi orang dapat memperoleh respon yang tidak terhingga banyaknya,
yang mungkin diikuti dengan hubungan atau penguatan.[3]
Dalam teori ini Bandura melakukan sebuah
eksperimen. Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang
menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa
disekitarnya.
Albert Bandura seorang tokoh teori belajar
social ini menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih
berkesan dengan menggunakan pendekatan “permodelan “. Beliau menjelaskan lagi
bahwa aspek perhatian pelajar terhadap apa yang disampaikan atau dilakukan oleh
guru dan aspek peniruan oleh pelajar akan dapat memberikan kesan yang optimum
kepada pemahaman pelajar.
Eksperimen
Pemodelan Bandura :
Kelompok A =
Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa memukul, menumbuk, menendang, dan
menjerit kearah patung besar Bobo.
Hasil = Meniru
apa yang dilakukan orang dewasa malahan lebih agresif
Kelompok B =
Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa bermesra dengan patung besar Bobo
Hasil = Tidak menunjukkan
tingkah laku yang agresif seperti kelompok A
Rumusan :
Tingkah laku
anak – anak dipelajari melalui peniruan / permodelan adalah hasil dari
penguatan.
Hasil
Keseluruhan Eksperimen :
Kelompok A menunjukkan tingkah laku yang lebih
agresif dari orang dewasa. Kelompok B tidak menunjukkan tingkah laku yang
agresif.[4]
Jadi, awal kejadian ini tidak tampak sebagai
hasil penelitian yang berharga, tapi ingat, anak-anak tadi mengubah perilaku
mereka tanpa terlebih dahulu mempertimbangkan apa akibat dari perilaku yang
baru mereka tiru. Walaupun menurut orang tua, guru atau peneliti anak-anak ,
perubahan perilaku ini bukanlah hal yang luar biasa, namun bagi peneliti
behavioristik, perubahan ini tidak selaras dengan teori proses belajar yang selama
ini ada. Dia menyebut teori dengan pembelajaran observasional atau modeling,
dan teori Bandura ini biasa disebut dengan teori Pembelajaran Sosial
Berdasarkan Variasi pebelitian lain, ini adalah
beberapa tahapan terjadinya proses modeling.[5]
Yaitu:
1.
Atensi (perhatian)
Kalau anda ingimn mempelajari sesuatu, anda
harus memperhatikannya dengan seksama. Sebaliknya semakin banyak hal yang
menganggu perhatian anda, maka proses belajar anda akan semakin lambat,
termasuk proses dengan mengamati ini. Misalnya, kalau anda ngantuk, grogi,
mabuk, sakit, gugup atau tertlalu mencari perhatian, anda tidak akan bisa
belajar dengan baik.
2.
Mengingat (’Retention’)
Subjek yang memperhatikan
harus merekam peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Ini membolehkan subjek
melakukan peristiwa itu kelak bila diperlukan atau diingini. Kemampuan untuk menyimpan informasi juga
merupakan bagian penting dari proses belajar.
3.
Reproduksi gerak
(’Reproduction’)
Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu
tingkahlaku, subjek juga dapat menunjukkan kemampuannya atau menghasilkan apa
yang disimpan dalam bentuk tingkah laku. Contohnya, mengendarai mobil, bermain
tenis. Jadi setelah subyek memperhatikan model dan menyimpan informasi,
sekarang saatnya untuk benar-benar melakukan perilaku yang diamatinya. Praktek
lebih lanjut dari perilaku yang dipelajari mengarah pada kemajuan perbaikan dan
keterampilan.
4. Motivasi
Motivasi juga penting dalam
pemodelan Albert Bandura karena ia adalah penggerak individu untuk terus
melakukan sesuatu. Jadi subyek
harus termotivasi untuk meniru perilaku yang telah dimodelkan.
Bandura
menyebutkan beberapa jenis motifasi, yaitu:
a.
Dorongan masa lalu yaitu dorongan-dorongan sebagaimana yang
dimaksud kaum behavioria tradisional.
b.
Dorongan yang dijanjikan (insentif) yang bisa
kita bayangkan.
c.
Dorongan-dorongan yang kentara, seperti melihat
atau teringat akan model-model yang patut ditiru.
Anda harus ingat bahwa dorongan-dorongan ini
secara tradisional sebagai :penyebab” terjadinya proses belajar. Namun, menurut
Albert Bandura dorongan-dorongan ini bukannya menyebabkan kita mau belajar,
akan tetapi mendorong kita untuk membuktikan bahwa kita telah belajar.
D.
Struktur Kepribadian[6]
System
self yang terdapat pada teorinya Bandura yakin bahwa pengaruh yang ditimbulkan
oleh self sebagai salah satu determinan tingkah laku tidak dapat dihilangkan
tanpa membahayakan penjelasan dan kekuatan peramalan. Dengan kata lain, self
diakui sebagai unsure struktur kepribadian. Saling deteminis menempatkan semua
hal saling berinteraksi, di mana pusat atau pemulanya adalah system self.
System self itu bukan unsure psikis yang mengontrol tingkah laku, tetapi
mengacu ke struktur kognitif yang member pedoman mekanisme dan seperangkat
fungsi-fungsi persepsi, evaluasi, dan pengaturan tingkah laku. Pengaruh self
tidak otomatis atau mengatur tingkah laku secara otonom, tetapi self menjadi
bagian dari system interaksi resiprokal.
1.
Regulasi Diri
Manusia
mempunyai kemampuan berfikir, dan dengan kemampuan itu mereka memanipulasi
lingkungan, sehingga terjadi perubahan lingkungan akibat kegiatan manusia.
Baliknya dengan bentuk determinis resiprikal berarti orang dapat mengatur
sebagian dari tingkahlakunya sendiri. Menurut Bandura, akan terjadi strategi
reaktif dan proaktif dalam regulasi diri. Strategi reaktif dipakai untuk
mencapai tujuan, namun ketika tujuan hampir tercapai strategi proaktif
menentukan tujuan baru yang lebih tinggi. Orang memotivasi dan membimbing
tingkah lakunya sendiri melalui strategi proaktif, menciptakan keseimbangan,
agar dapat memobilisasi kemampuan dan usahanya berdasarkan antisipasi apa saja
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Ada tiga proses yang dapat dipakai untuk
melakukan pengaturan diri: memanipulasi factor eksternal, memonitor dan
mengevaluasi tingkah laku internal. Tingkah laku manusia adalah hasil pengaruh
resiprokal factor eksternal dan factor internal.
Regulasi
diri atau kemampuan mengontrol perilaku diri sendiri adalah salah satu dari
sekian penggerak utama kepribadian manusia. Bandura menawarkan tiga tahap yang
terjadi dalam proses regulasi diri ini.
a.
Pengamatan Diri
yang dimaksud pengamatan diri disini adalah melihat diri dan perilaku kita
sendiri, serta terus mengawasinya.
b.
Penilaian
adalah kita membandingkan apa yang kita lihat pada diri dan perillaku kita
dengan standart ukuran. Contohnya, kita bisa membandingkan perilaku kita dengan
standar-standar tradisional, seperti “tata krama”. Atau kita dapat menciptakan
standar ukuran sendiri, seperti, “saya harus membaca satu buku dalam satu
minggu”. Atau kita dapat bersaing dengan orang lain atau dengan diri sendiri.
c.
Respon diri
yang direspon dengan respon diri adalah kalau Anda telah membandingkan diri dan
perilaku Anda dengan standar ukuran tertentu. Anda dapat member raspon diri
pada diri Anda sendiri. Sebaliknya, kalau perilaku Anda tidak sesuai dengan
standar ukuran, Anda dapat mengganjar diri Anda sendiri juga dengan respon
diri. Bentuk respon diri ini bisa bermacam-macam, mulai dari yang sangat jelas
( misalnya, bekerja keras atau belajar sampai larut malam) sampai bentuk yang
implicit (seperti perasaan bangga atau malu).
Konsep paling
penting dalam psikologi yang dapat dipahami dari sudut pandang regulasi diri
ini adalah konsep diri atau yang lebih dikenal dengan konsep harga diri. Kalau
selama ini anda merasa hidup Anda telah sesuai dengan standar-standar nyang
Anda tentukan dan telah memperoleh penghargaan dan imbalan, itu berarti Anda
telah memiliki konsep-diri (harga diri). Sebaliknya, kalau selama ini Anda
merasa gagal memenuhi standard an terus menerus mengganjar diri Anda, itu
berarti Anda memiliki konsep-diri (harga diri) yang lemah.
Tentu kita
masih ingat dengan pandangan uum kaum behavioris bahwa dorongan lebih bersifat
efektif, sementara hukuman sepertinya lebih banyak membawa masalah. Hal yang
sama juga berlaku pada penghukuman-diri. Bandura melihat adanya tiga hal yang
akan muncul akibat penghukuman diri ini:
a.
Kompensasi
yaitu kompleks superioritas, semisal berkhayal punya harga diri atau kehormatan
yang sangat tinggi.
b.
Ketidakaktifan
seperti sifat apatis, kebosanan dan depresi.
c.
Pelarian
seperti kecanduan narkoba dan alcohol, fantasi-fantasi televisi, bahkan bunuh
diri.
Saran Bndura
terhadap adanya orang-orang dengan konsep-diri yang buruk berasal dari tiga
langkah regulasi-diri tadi. Diantara saran-saranya yaitu:[7]
a.
Pengamatan
diri, ketahuilah diri Anda sendiri. Pastikan Anda memiliki standar ukuran yang
tidak terlalu tinggi. Jangan jebak diri Anda memiliki gambaran yang pas tentang
perilaku Anda.
b.
Memperhatikan
standar ukuran, pastikan Anda jangan jebak diri Anda dengan target-target yang
pasti tidak akan bisa Anda raih. Sebaliknya, standar ukuran yang terlalu rendah
juga tidak berarti apa-apa. Intinya, ukurlah dengan kemampuan dan kapasitas
Anda sendiri.
c.
Memperhatikan
respon-diri, gunakan imbalan untuk diri Anda sendiri, bukan hukuman. Rayakan
keberhasilan Anda sendiri dengan cara Anda sendiri, dan jangan berkutat pada
kegagalan-kegagalan yang Anda alami.
2.
Efikasi Diri
Bagaimana
orang bertingkah laku dalam situasi tertentu tergantung kepada resiprokal
antara lingkungan dengan kondisi kognitif, khususnya factor kognitif yang
berhubungan dengan keyakinannya bahwa dia mampu atau tidak mampu melakukan
tindakan yang memuaskan. Bandura menyebut keyakinan atau harapan diri ini
sebagai efikasi diri, dan harapan hasilnya disebut ekspektasi hasil.
a.
Efikasi diri
atau efikasi ekspektasi (self effecation- efficacy ekspectation) adalah
“persepsi diri sendiri mengenai sebarapa bagus diri dapat berfungsi dalam
situasi tertentu.” Efikasi diri berhubungan dengan keyakinan bahwa diri
memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan.
b.
Ekspektasi
hasil (outcome ekspectations) adalah perkiraan atau estimasi diri bahwa
tingkah laku yang dilakukan diri itu akan mencapai hasil tertentu.
Efikasi adalah
penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat
tepat atau salah, bisa atau tidak bisa mengerjakan sesuai dengan yang
dipersyaratkan. Efikasi ini berbeda dengan aspirasi (cita-cita), karena
cita-cita menggambarkan penilaian kemampuan diri. Seorang dokter ahli bedah,
pasti mempunyai ekspektasi efikasi yang tinggi, bahwa dirinya mampu
melaksanakan operasi tumor sesuai dengan standar professional. Namun ekspektasi
hasilnya bisa rendah, karena hasil operasi itu sangat tergantung kepada daya
tahan jantung pasien, kemurnian obat antibiotic, sterilitas dan infeksi, dan
sebagainya. Orang bisa memiliki ekspektasi hasil yang realistic (apa yang
diharapkan sesuai dengan kenyataan hasinya), atau sebaliknya ekspektasi
hasilnya tidak realistic (mengharap terlalu tinggi dari hasil nyata yang dapat
dicapai). Orang yang ekspektasi efeksinya tinggi (percaya bahwa dia dapat
mengerjakan sesuai dengan tuntutan situasi) dan harapan hasilnya realistic
(memperkirakan hasil sesuai dengan kemampuan diri), orang itu akan bekerja
keras dan bertahan mengerjakan tugas sampai selesai.
Sumber efikasi
diri terjadi karena perubahan tingkah laku, dalam system Bandura kuncinya
adalah perubahan ekspektasi efikasi (efikasi diri). Efikasi diri atau keyakinan
kebiasan diri itu dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan atau diturunkan,
melalui salah satu atau kombinasi empat sumber, yakni pengalaman mengusai
sesuatu prestasi (performance accomplishment), pengalaman vikarius (vicarious
exsperience), persuasi social (social persuation) dan pembangkitan
emosi (emotional/physiological states).
Efikasi diri
sebagai predictor tingkah laku menurut Bandura, sumber pengontrol tingkah laku
adalah resiprokal antara lingkungan, tingkah laku, dan pribadi. Efikasi diri
merupakan variable pribadi yang penting, yang kalau digabung dengan
tujuan-tujuan spesifik dan pemahaman mengenai prestasi, akan menjadi penentu
tingkah laku mendatang yang penting. Berbeda dengan konsep diri (Rogers) yang
bersifat kesatuan umum, efikasi diri bersifat fragmental. Setiap individu
mempunyai efikasi diri yang berbeda-beda pada situasi yang berbeda, tergantung
pada:
1.
Kemampuan yang
dituntut oleh situasi yang berbeda itu.
2.
Kehadiran orang
lain, khususnya saingan dalam situasi itu.
3.
Keadaan fisiologis
dan emosional, kelelahan, kecemasan, apatis, murung.
Efikasi yang tinggi atau rendah, dikombinasikan dengan lingkungan
yang responsive atau tidak responsive, akan menghasilkan empat kemungkinan
prediksi tingkah laku.[8]
Efikasi
|
Lingkungan
|
Prediksi hasil
tingkah laku
|
Tinggi
|
Responsive
|
Sukses,
melaksanakan tugas yang sesuai dengan kemampuannya.
|
Rendah
|
Tidak
responsive
|
Depresi,
melihat orang lain sukses pada tugas yang dianggapnya sulit.
|
Tinggi
|
Tidak
responsive
|
Berusaha
keras mengubah lingkungan menjadi responsive, melakukan protes, aktifitas
social, bahkan memaksakan perubahan.
|
Rendah
|
Responsive
|
Orang menjadi
apatis, pasrah, selalu merasa tidak mampu.
|
E.
Terapi Albert
Bandura
a.
Terapi Kontrol
Diri[9]
Terapi
ini cenderung lebih berhasil pada persoalan-persoalan sederhana, sepertoi
merokok, banyak makan atau kebiasaan belajar yang buruk.
1.
Grafik-grafik
behavioral
Pengamatan
diri mengharuskan Anda terus menerus mengawasi perilaku Anda sendiri, baik
sebelum Anda berubah maupun setelahnya. Cara ini mencakup hal-hal sederhana
seperti menghitung berapa batang rokok yang Anda habiskan dalam sehari sampai,
seperti membuat catatan harian untuk mengetahui perilaku Anda sendiri.
2.
Perencanaan
lingkungan
Ambil
salah satu kartu atau catatan harian perilaku Anda dan jadikan sebagai patokan.
Selain itu, Anda berusaha mengubah lingkungan Anda. Misalnya, Anda bisa
menghilangkan factor-faktor yang akan membawa kita pada perilaku yang jelek,
seperti menyingkirkan abstrak, tidak lagi minim kopi, menghindari bergaul dengan
teman-teman yang merokok. Anda pun bisa menemukan waktu dan tempat yang tepat
untuk berperilaku baik.
3.
Perjanjian diri
Akhirnya Anda
harus bersiap untuk member imbalan kepada diri Anda sendiri ketika Anda
berhasil melaksanakan rencana-rencana Anda sendiri dan siap pula menghukum diri
sendiri ketiuka tidak berhasil melaksanalkannya.
Kalau Anda belum bisa berhasil melakukannya sendiri, Anda harus
melibatkan orang lain yang dapat mengawasi apakahg Anda benar-benar
melaksanakan perjanjian tadi atau tidak.
F.
Dinamika
Kepribadian[10]
Menurut Bandura, motivasi adalah konstruk kognitif yang mempunyai
dua sumber, gambaran hasil pada masa yang akan datang (yang dapat menimbulkan
motivasi tingkah laku saat ini), dan harapan keberhasilan didasarkan pada
pengalaman menetapkan dan mencapai tujuan-tujuan antara. Dengan kata lain,
harapan mendapat reinforsemen pada masa yang akan datang memotivasi seseorang
untuk bertingkah laku tertentu. Juga, dengan menetapkan tujuan atau tingkat
performansi yang diinginkan, dan kemudian mengevaluasi performansi dirinya,
orang termotifasi untuk bertindak pada tingkat tertentu. Anak yang lemah dalam
matematik, tampak meningkat performansinya ketika mereka menetapkan dan
berusaha mencapai serangkaian tujuan yang berurutan yang memungkinkan evaluasi
diri segera daripada menetapkan tujuan yang jauh dan membutuhkan waktu lama
mencapainya. Jadi, terus menerus mengamati, memikirkan, dan menilai tingkah
laku diri, akan memberi insentif-diri sehingga bertahan dalam berusaha mencapai
standar yang telah ditentukan.
Bandura setuju bahwa penguatan menjadi penyebab belajar. Nemun
orang juga dapat belajar dengan penguat yang diwakilkan (vicarious
reinforcement), penguat yang ditunda (expectation reinforcement),
atau bahkan tanpa penguat (beyond reinforcement).:
1.
Penguatan
Vikarius adalah mengamati orang lain yang mendapat penguatan, membuat orang
ikut puas dan berusaha belajar gigih agar menjadi seperti orang itu.
2.
Penguatan yang
ditunda adalah orang terus menerus berbuat tanpa mendapat penguatan, karena
yakin akan mendapat penguatan yang sangat memuaskan pada masa yang akan datang.
3.
Tanpa penguatan
adalah belajar tanpa ada reinforsemen sama sekali, mirip dengan konsep otonomi
fungsional dari Alport.
Ekspektasi
penguatan dapat dikembangkan dengan mengenali dampak dari tingkah laku:
pengamatan terhadap praktek mengganjar dan menghukum tingkah laku orang lain
yang ada dilingkungan social, dan menghukum tingkah lakunya sendiri. Orang
mengembangkan standar pribadi berdasarkan standar social melalui interaksinya
dengan orang tua, guru, dan teman sebayanya. Orang dapat mengganjar dan
menghukum tingkah laku sendiri dengan menerima diri atau mengkritik diri.
Penerimaan dan kritik diri sangat besar perannannya dalam membimbing tingkah
laku, sehingga tingkah laku orang menjadi tetap (konsisten), tidak terus
menerus berubah akibat adanya perubahan social.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Teori
Belajar Sosial , Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura seorang ahli
psikologi pendidikan dari Stanford University,USA. Teori pembelajaran ini
dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang mengalami pembelajaran dalam
lingkungan sekitarnya.
Teori
pembelajaran observasional atau modeling Dalam teori ini Bandura melakukan
sebuah eksperimen. Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll
yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa
disekitarnya. Ada beberapa tahapan untuk mengetahui proses terjadinya modeling,
yaitu: atensi (perhatian), retensi (peringatan), reproduksi dan motivasi.
Dalam Regulasi Diri, manusia mempunyai kemampuan berfikir, dan dengan kemampuan itu
mereka memanipulasi lingkungan, sehingga terjadi perubahan lingkungan akibat
kegiatan manusia. Ada tiga saran yang bisa untuk bisa menghilangkan konsep-diri
buruk yang terjadi pada orang-orang. Yaitu, pengamatan diri, memperhatikan
standar ukuran dan memperhatikan respon diri.
Dalam
teori Albert Bandura ada terapi control diri yang dilakukan dengan cara, pertama;
grafik-grafik behavioral, kedua; perencanaan lingkungan, dan ketiga; perjanjian
diri.
Daftar Pustaka
Boeere,
George.2006.Personality Theories.Jogjakarta:Prismashopie.cet 4.
Friedman,
Howard.2006.Kepribadian.Jakarta:Eirlangga.
Alwisol.2012.Psikologi
Kepribadian.Malang:UMM Press.
Suryabrata,
Sumadi.2011.Psikologi Kepribadian.Jakarta:Rajawali Pers.
Syah,
Muhibbin.1999.Psikologi Belajar.Jakarta:Logos Wacana Ilmu.
[1] Sumadi
Suryabrata,psikologi kepribadian,(Jakarta: rajawali pers,2011),h.345
[2]
George Boeree,personality theories,(Jogjakarta:Prismashopie,2006),h.264
[3]
Ibid. George Beoree, h.265
[4]
Howard s. friedman, kepribadian, (Jakarta: eirlangga,2006),h.276
[5]
Op. Cit. George Borcee, h. 267
[6]
Alwisol,psikologi Kepribadian,(Malang:UMM Press,2012),h.284
[7]
Ibid, George Boercee, h.271
[8]
Ibid. alwisol, h.290
[9]
Ibid, Gerge Boeree, h. 272
[10]
Op.Cit, alwisol, h.291